Mengenal Rumah Adat Banten, Begini Filosofi di Balik Bangunannya

3 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta - Kalau bicara soal rumah adat dari suku di Indonesia, banyak yang langsung ingat dengan rumah adat Padang yang berupa Rumah Gadang atau rumah adat Jawa Tengah yang berupa Joglo. Tapi ada satu rumah yang mungkin jarang dibahas, padahal punya filosofi yang dalam dan tak kalah menarik, rumah adat Banten, yang orang-orang Baduy sebut Sulah Nyanda. Bentuknya sederhana, tapi maknanya tidak sesederhana itu. Rumah ini jadi lambang cara hidup masyarakat Baduy yang sederhana dan sangat dekat dengan alam.

Di zaman sekarang di mana hampir semua hal serba modern dan cepat, salah satu rumah adat Indonesia ini tetap bertahan dengan wujud aslinya. Tidak berubah banyak dari dulu. Orang Baduy memang dikenal kuat sebagai masyarakat yang memegang adat, sehingga rumah mereka pun tidak asal dibuat. Semuanya harus sesuai dengan aturan dan tata cara yang sudah diwariskan turun-temurun.

Asal-usul dan Sejarah Rumah Adat Banten

Rumah adat Banten ini berasal dari masyarakat Baduy, atau biasa disebut Urang Kanekes. Mereka tinggal di daerah pedalaman Kabupaten Lebak, di Provinsi Banten bagian selatan. Hidup mereka jauh dari hiruk-pikuk kota, dan memang sengaja menjaga jarak dari pengaruh luar. Buat orang-orang Baduy, hidup sederhana dan menjaga alam lebih penting daripada mengikuti perkembangan zaman yang justru sering mengabaikan alam.

Nama Sulah Nyanda sendiri punya arti menarik. Kata-kata ini berarti “tidak menyentuh tanah” atau “bersandar miring”. Kalau dilihat bentuknya, memang rumah adat Banten ini berdiri agak miring sedikit dengan panggung yang tidak menempel tanah. Tapi yang menarik dari rumah ini bukan cuma bentuk fisiknya saja, karena makna rumah adat Banten juga mencerminkan cara pandang orang Baduy terhadap kehidupan: mereka tidak ingin terlalu serakah, tidak ingin terlalu “menginjak” alam, tapi memilih untuk hidup berdampingan dengan apa yang sudah ada.

Rumah-rumah ini dibangun dengan pola yang sama dari dulu. Tidak ada perubahan desain, bahkan hampir semua bahan yang dipakai pun sama seperti dulu. Mereka percaya kalau sesuatu sudah diwariskan oleh leluhur, berarti itu sudah yang terbaik dan tidak perlu diubah. Jadilah bentuk Sulah Nyanda hampir tidak berubah sama sekali. Bagi mereka, rumah bukan cuma tempat berteduh, tapi juga punya makna spiritual. Di sana mereka hidup, berdoa, berkumpul, dan menjalani adat.

Arah rumah pun diatur, tidak boleh sembarangan. Rumah adat Banten selalu menghadap utara–selatan. Ini bukan karena alasan estetika atau praktis, tapi karena kepercayaan adat mereka. Menurut pandangan masyarakat Baduy, arah timur dan barat tidak baik untuk rumah, karena arah itu tempat matahari terbit dan terbenam, yang menandakan awal dan akhir. Sedangkan utara–selatan dianggap lebih netral, lebih tenang, dan melambangkan keseimbangan dalam hidup manusia.

Arsitektur dan Struktur Unik

Kalau diperhatikan, bentuk rumah adat Banten ini memang tidak rumit, tapi setiap bagian punya alasan dan fungsinya masing-masing. Desainnya mungkin terlihat sederhana, tapi dibuat dengan penuh pertimbangan. Setiap tiang, atap, dan lantai punya makna tersendiri.

Rumah panggung

Sulah Nyanda dibangun agak tinggi dari tanah, kira-kira setengah sampai satu meter. Hal ini dimaksudkan agar rumah aman dari banjir, air hujan, dan juga binatang liar. Di bawahnya ada ruang kosong yang biasanya dipakai untuk menyimpan barang, hasil panen, atau peralatan kerja. Meskipun tinggi, tapi konstruksinya kuat, karena disusun dengan teknik yang sudah dikenal lama.

Bahan alami dan tanpa paku

Semua bahan rumah adat Banten ini diambil dari alam sekitar: bambu, kayu nangka, rotan, daun kirai, dan kadang alang-alang untuk atapnya. Mereka tidak pakai paku besi sama sekali, hanya pasak kayu dan ikatan dari rotan. Alasannya bukan hanya tradisi, tapi juga supaya tidak merusak alam dan bisa mudah diperbaiki kalau rusak.

Fondasi batu runcing

Tiang-tiang penyangga rumah berdiri di atas batu yang bentuknya agak runcing, mirip alu (alat penumbuk padi). Batu ini jadi semacam peredam, supaya tiang kayu tidak cepat lapuk dan rumah tetap seimbang di tanah miring.

Atap miring ke satu sisi

Ini yang paling khas dari Sulah Nyanda. Atapnya nggak simetris, miring ke satu arah saja. Orang Baduy menyebutnya “nyanda”, yang berarti bersandar. Fungsi praktisnya agar air hujan cepat turun, tapi secara simbolik, katanya melambangkan sikap rendah hati: tidak menantang alam.

Tidak ada jendela

Rumah adat Banten ini tidak memiliki jendela sama sekali. Ventilasi udara berasal dari celah-celah bambu di lantai dan dinding. Walaupun begitu, di dalam rumah tetap terasa sejuk dan tidak pengap. Mungkin karena bahan bambu dan kayunya yang memang adem.

Mengikuti bentuk tanah

Orang Baduy tidak akan meratakan tanah sebelum membangun rumah. Kalau tanahnya miring, rumahnya ikut miring sedikit. Prinsipnya, manusia harus mengikuti alam, bukan memaksa alam mengikuti keinginan manusia.

Tata Ruang Rumah Adat Baduy

Rumah Sulah Nyanda dibagi jadi tiga bagian utama, dan masing-masing punya peran yang penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Baduy. Ketiganya adalah Sosoro, Tepas, dan Ipah.

  • Sosoro adalah bagian depan. Biasanya dipakai untuk menerima tamu atau tempat orang duduk santai. Kadang juga dipakai perempuan untuk menenun atau ngobrol ringan. Di adat Baduy, tidak semua orang boleh masuk ke bagian dalam rumah, jadi Sosoro semacam batas antara dunia luar dan kehidupan keluarga.
  • Tepas, yaitu bagian tengah rumah. Ini bagian inti dari rumah. Di sini keluarga berkumpul, makan, dan beristirahat. Suasananya lebih tenang dan dianggap lebih sakral. Tidak sembarang orang boleh masuk ke ruang ini, apalagi orang luar suku.
  • Ipah, yang terletak di belakang. Di sini dapur berada, lengkap dengan tungku dari tanah liat. Api dijaga supaya tidak menjalar ke lantai bambu. Selain dapur, bagian ini juga jadi tempat penyimpanan padi dan bahan makanan lainnya.

Kalau diperhatikan, pembagian ruang ini menggambarkan tatanan sosial masyarakat Baduy. Ada batasan, tapi juga ada keseimbangan. Setiap ruang punya fungsinya, dan semua dijaga agar tetap teratur.

Filosofi dan Nilai Kearifan Lokal

Bagi orang Baduy, rumah bukan hanya tempat tinggal. Rumah adalah cerminan hidup. Semua hal di dalamnya punya arti, bahkan arah berdirinya pun tidak boleh sembarangan. Dari rumah inilah cara berpikir dan prinsip hidup mereka bisa dipahami.

Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya juga sederhana, tapi kuat. Beberapa di antaranya seperti ini:

Kesederhanaan dan kejujuran

Orang Baduy hidup dengan prinsip cukup. Tidak berlebihan. Rumah mereka yang polos dan tanpa hiasan mencerminkan hal itu.

Gotong royong

Rumah dibangun bersama-sama. Tidak ada istilah kontraktor atau pekerja bayaran. Semua warga ikut bantu. Dari memilih bambu sampai mendirikan tiang, semua dilakukan bersama.

Menjaga keseimbangan dengan alam

Mereka percaya kalau alam dirusak, manusia juga akan rugi. Karena itu mereka tidak menebang pohon sembarangan. Semua bahan rumah diambil secukupnya dan diganti dengan menanam lagi.

Kehidupan spiritual

Arah rumah yang utara–selatan bukan kebetulan. Itu melambangkan keseimbangan antara dunia nyata dan dunia gaib, antara manusia dan kekuatan alam yang lebih besar.

Pelestarian tradisi

Rumah adat menjadi tempat belajar bagi anak-anak muda Baduy. Dari situ mereka tahu cara hidup yang benar menurut adat, belajar tentang alam, dan menjaga apa yang sudah diwariskan leluhur. 

Pertanyaan dan Jawaban

1. Apa nama rumah adat dari Banten?

Rumah adat Banten bernama Sulah Nyanda, milik masyarakat adat Baduy.

2. Mengapa disebut Sulah Nyanda?

Karena rumah ini berbentuk panggung dengan atap miring ke satu sisi, seolah “bersandar” atau “tidak menyentuh tanah”.

3. Dari bahan apa rumah adat Banten dibuat?

Terbuat dari bahan alami seperti bambu, kayu, rotan, dan daun kirai atau ilalang.

4. Apa fungsi utama rumah adat Banten?

Sebagai tempat tinggal, simbol adat, serta ruang sosial dan spiritual bagi masyarakat Baduy.

5. Mengapa rumah adat Banten menghadap utara–selatan?

Karena arah timur dan barat dianggap kurang baik secara adat; utara–selatan melambangkan keseimbangan hidup.

Read Entire Article
Photos | Hot Viral |