8 Jenis Ular yang Sering Bertelur di Area Perumahan dan Cara Mencegahnya

10 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Fenomena kemunculan ular di area permukiman seringkali meningkat, terutama saat musim hujan. Ular-ular ini mencari tempat berlindung yang kering, hangat, dan aman untuk bertelur, sekaligus mencari mangsa seperti tikus dan kodok. Kondisi lingkungan rumah yang gelap, lembap, dan terlindung menjadi lokasi ideal bagi mereka.

Artikel ini akan menjadi panduan komprehensif untuk mengidentifikasi jenis ular yang sering bertelur di area perumahan. Dengan memahami perilakunya, serta mengetahui langkah-langkah pencegahan efektif, rumah Anda dapat tetap aman dari potensi bahaya.

Kewaspadaan perlu ditingkatkan selama periode ini, terutama di rumah yang memiliki banyak celah. Pemahaman yang baik mengenai jenis ular dan cara pencegahannya sangat penting bagi setiap pemilik rumah. Jadi simak informasi selengkapnya berikut ini, sebagaimana telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Minggu (7/12/2025).

Ular Kobra Jawa (Naja sputatrix)

Ular Kobra Jawa (Naja sputatrix) adalah salah satu spesies ular berbisa yang paling sering ditemukan di lingkungan permukiman di Indonesia. Ular kobra umumnya memilih tempat yang gelap, lembap, dan tersembunyi untuk bersarang serta berkembang biak.

Ular ini dikenal dengan kemampuannya mengangkat bagian depan tubuh dan melebarkan "tudung" lehernya saat merasa terancam. Warna tubuhnya bervariasi, mulai dari gelap mengkilap hingga cokelat, dengan panjang rata-rata 1,3 hingga 1,8 meter.

Ular Kobra Jawa sangat berbisa, dengan bisa yang bersifat neurotoksin yang dapat melumpuhkan sistem saraf. Selain gigitan, ular ini juga mampu menyemburkan bisa hingga jarak dua meter. Gigitan ular kobra dapat menyebabkan kelumpuhan dan gangguan pernapasan yang serius, bahkan kematian jika tidak segera ditangani.

Induk kobra betina mencari lokasi tertutup, gelap, dan hangat untuk bertelur, seperti tumpukan pakaian, kardus, atau sela perabot. Mereka juga menyukai lubang-lubang di tanah atau di bawah serasah daun kering yang lembap, serta lubang di antara pondasi dan tembok rumah. Induk kobra betina dapat menghasilkan 10 hingga 20 butir telur dalam sekali bertelur, yang akan menetas dalam tiga hingga empat bulan, terutama pada awal musim hujan.

Ular Welang (Bungarus fasciatus) & Ular Weling (Bungarus candidus)

Ular Welang (Bungarus fasciatus) dan Ular Weling (Bungarus candidus) adalah dua jenis ular berbisa tinggi yang sering ditemukan di sekitar pemukiman. Ular Welang memiliki tubuh dengan cincin atau corak hitam-kuning yang khas, melingkari seluruh tubuhnya, dapat mencapai panjang hingga 2 meter.

Sementara itu, Ular Weling memiliki pola belang hitam-putih yang juga melingkar, namun coraknya lebih sempit dibandingkan Welang, dengan panjang sekitar 160 cm. Kedua jenis ular ini sangat berbisa, dengan neurotoksin kuat yang dapat mengganggu sistem saraf, menyebabkan kelumpuhan otot, dan kegagalan pernapasan. Tingkat kematian akibat gigitan Ular Weling bisa mencapai 60-70% jika tidak segera ditangani.

Ular Welang dan Weling menyukai tempat lembap di bawah tumpukan kayu, kolong lemari, atau barang-barang yang jarang diperiksa. Sarang Ular Weling juga kerap dijumpai di semak belukar pada lahan pertanian dan sekitar pemukiman, dekat sumber air. Ular Weling betina akan mencari tempat aman dan tersembunyi untuk bertelur, seperti di bawah batu atau dalam lubang tanah.

Kedua ular ini cenderung aktif pada malam hari (nokturnal). Ular Welang bertelur sebanyak 4 hingga 14 butir, yang akan menetas setelah diinkubasi selama sekitar 61 hari. Ular Weling betina dapat menyimpan 3 hingga 15 telur dalam sekali periode bertelur, dan telur tersebut akan menetas setelah satu setengah bulan, umumnya pada musim kemarau.

Ular Sanca Kembang (Malayopython reticulatus)

Ular Sanca Kembang (Malayopython reticulatus) adalah salah satu ular terpanjang di dunia dan sering ditemukan di area permukiman. Ular ini mudah dikenali karena tubuhnya yang besar dan panjang, dengan pola kulit seperti jala (reticula) yang kompleks, tersusun dari warna hitam, kecoklatan, kuning, dan putih di sepanjang sisi dorsal tubuhnya.

Ular ini tidak berbisa, namun bahayanya terletak pada kekuatan lilitannya yang sangat kuat, mampu melilit mangsa hingga mati lemas. Ukurannya yang besar memungkinkan ular ini untuk memangsa hewan yang lebih besar, bahkan ada beberapa kasus di mana ular sanca kembang menewaskan dan menelan manusia.

Ular sanca kembang bertelur antara 10 hingga sekitar 100 butir. Betina akan melingkari telur-telur ini sambil berkontraksi untuk mengeraminya pada suhu 31-32 °C selama 80-90 hari, bahkan bisa lebih dari 100 hari. Mereka mencari tempat gelap dan lembap seperti gudang, kloset, atau di bawah tumpukan barang yang jarang diganggu.

Musim kawin ular sanca kembang berlangsung antara September hingga Maret di Asia. Ular ini sangat adaptif dan sering masuk ke rumah atau pekarangan warga karena habitat aslinya terganggu dan mereka mencari mangsa, terutama tikus.

Ular Hijau Ekor Merah (Trimeresurus albolabris/insularis)

Ular Hijau Ekor Merah (Trimeresurus albolabris atau Trimeresurus insularis) adalah ular berbisa yang sering ditemukan di sekitar perumahan, terutama di area yang banyak vegetasi. Ular ini memiliki tubuh hijau terang yang mencolok dengan ekor berwarna kemerahan atau coklat kemerahan. Kepalanya berbentuk segitiga khas dengan mata kuning dan pupil vertikal, dan panjang maksimumnya bisa mencapai 1 meter.

Ular ini berbisa tinggi dan berbahaya, dengan bisa bersifat hemotoksik yang dapat menyebabkan pembengkakan parah, nyeri, dan kerusakan jaringan. Meskipun gigitannya jarang fatal, tetap memerlukan penanganan medis segera untuk menghindari komplikasi.

Ular hijau ekor merah betina dapat mengeluarkan hingga 16 butir telur. Mereka sering bertelur di area lembap seperti pot tanaman, tumpukan kayu, atau sela pagar. Ular ini juga bisa masuk ke rumah melalui celah dinding atau atap, dan tertarik pada cahaya lampu yang menarik mangsanya.

Ular ini bersifat nokturnal, lebih aktif berburu di malam hari, dan bergerak lambat pada siang hari. Mereka adalah pemanjat yang baik dan sering ditemukan di semak-semak atau pohon bambu, dekat sumber air, menjadikannya sering terlihat di taman rumah.

Ular Tanah (Calloselasma rhodostoma)

Ular Tanah (Calloselasma rhodostoma) adalah salah satu ular berbisa yang perlu diwaspadai di Indonesia. Ular ini memiliki tubuh kekar, gemuk, pipih, dan agak pendek, dengan ekor yang sangat pendek dan ramping.

Warnanya bervariasi dari coklat muda hingga coklat tua dengan corak hitam, dan seringkali memiliki pola segitiga di punggung. Kepalanya berwarna cokelat gelap dengan pola menyerupai anak panah di tengkuknya. Ular Tanah berbisa tinggi dan berbahaya, dengan bisa bersifat hemotoksik yang menyerang darah dan jaringan tubuh. Gigitannya dapat menyebabkan pembengkakan ekstrem, pendarahan dalam, kerusakan jaringan lokal, dan nekrosis, bahkan kematian jika tidak segera ditangani.

Ular Tanah sering ditemukan di area bawah rumah (kolong), dapur yang jarang terpakai, sudut basah, atau dekat selokan. Mereka juga meletakkan telur di timbunan batu tepi lahan rumah karena kedekatannya dengan areal persawahan yang kaya mangsa. Spesies ini bersifat ovipar dan telur-telurnya dijaga oleh betina setelah dierami.

Ular ini dikenal karena kemampuannya berkamuflase di antara dedaunan kering dan semak belukar. Meskipun cenderung menghindari interaksi dengan manusia, ular ini dapat menggigit jika terganggu atau merasa terancam, sehingga kewaspadaan tetap diperlukan.

Ular Tikus (Ptyas mucosa/korros)

Ular Tikus (Ptyas mucosa atau Ptyas korros) adalah jenis ular tidak berbisa yang sering masuk ke rumah karena mencari mangsa. Ular ini bertubuh panjang dan ramping, dapat mencapai lebih dari 2 meter. Warnanya bervariasi antara cokelat zaitun, kekuningan, hingga abu-abu, dengan bagian bawah tubuh lebih terang.

Ular jali (Ptyas korros) dapat berwarna perak, abu-abu, atau coklat-oranye. Ular Tikus tidak berbisa. Meskipun demikian, ular ini dapat menggigit jika terpojok atau merasa terancam, namun gigitannya tidak berbahaya bagi manusia dan hanya menimbulkan rasa sakit.

Betina ular tikus dapat bertelur hingga 35 telur di tempat sunyi dan gelap, seperti gua, gundukan besar, di antara bebatuan, dan tumpukan kayu. Ular jali (Ptyas korros) menelurkan sekitar 4 hingga 12 butir telur. Ular ini akan menjadikan tempat sumber pangannya di area rumah sebagai tempat untuk berkembang biak jika dirasa aman.

Ular ini sangat lincah dan sering ditemukan di hutan, lahan pertanian, serta di sekitar pemukiman manusia. Mereka adalah pemangsa tikus dan hewan kecil lainnya, sehingga keberadaan mereka di rumah seringkali menandakan adanya populasi tikus yang perlu dikendalikan.

Ular Cabai / Blue Coral Snake (Calliophis bivirgatus)

Ular Cabai (Calliophis bivirgatus), juga dikenal sebagai Blue Coral Snake, adalah ular berbisa tinggi dengan warna yang sangat mencolok. Ular ini memiliki warna dasar biru cerah hingga gelap, bahkan hampir hitam, dengan kepala, ekor, dan perut berwarna merah terang atau oranye. Beberapa populasi memiliki garis biru yang luas pada setiap sisi tubuh, dan panjang maksimumnya bisa mencapai 1,4 meter.

Ular Cabai sangat berbisa tinggi. Bisanya bersifat neurotoksik kuat yang menyerang sistem saraf, dan dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani. Bisa ular cabai besar (Calliophis bivirgatus) bersifat sitotoksin (cytotoxin) yang mampu melumpuhkan sistem otot.

Ular ini menelurkan sekitar 1 hingga 3 butir telur. Mereka bertelur di tanah lembap atau di bawah dedaunan yang membusuk, termasuk sekitar pekarangan rumah. Beberapa laporan mendapati ular ini bersembunyi di balik tumpukan batu bata atau genteng yang disimpan di halaman rumah.

Ular ini adalah ular langka yang indah namun sangat berbisa. Meskipun sangat berbahaya, ular cabai bersifat pemalu dan biasanya menghindari interaksi dengan manusia, menyerang hanya jika merasa terancam atau terpojok. Mereka hidup di lantai hutan dan sering muncul setelah hujan malam hari.

Ular Cecak (Lycodon capucinus)

Ular Cecak (Lycodon capucinus), juga dikenal sebagai ular genteng atau ular rumah, adalah ular kecil yang sering dijumpai di dalam rumah. Ular ini berukuran kecil, dengan panjang maksimal sekitar 76 cm. Tubuhnya ramping dan gesit, berwarna coklat dengan garis-garis luntur kuning atau putih.

Kepalanya gepeng dan berwarna coklat, dengan daerah keputihan di sekitar "kerah" dan bibir atas berwarna kuning pucat, serta perut putih. Ular Cecak tidak berbisa dan gigitannya tidak membahayakan manusia sama sekali. Namun, gigitannya bisa terasa menyakitkan karena taringnya yang memanjang menyerupai taring serigala.

Ular Cecak menelurkan sekitar 3 hingga 11 butir telur. Mereka sering ditemukan di sekitar taman, daerah perhutanan kering, dan perumahan warga. Ular ini disebut ular genteng karena sering ditemukan di sekitar genteng rumah mencari mangsanya seperti cicak. Pada siang hari, ular ini lebih memilih tidur dan bersembunyi di bawah tumpukan kayu, batu, atau sudut-sudut rumah.

Ular ini bersifat nokturnal, aktif di malam hari untuk memangsa cicak, kadal, katak, dan tikus kecil. Ular Cecak pandai memanjat pepohonan, tebing, dinding berbatu, hingga ke atap rumah, menjadikannya penghuni umum di area pemukiman.

Tips Mencegah Ular Bertelur di Rumah Anda

Mencegah jenis ular yang sering bertelur di area perumahan masuk ke dalam rumah adalah kunci untuk menjaga keamanan. Ular tertarik pada lingkungan yang menyediakan tempat berlindung, sumber makanan, dan kondisi ideal untuk berkembang biak. Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan proaktif, Anda dapat mengurangi risiko kehadiran ular di sekitar hunian Anda.

  • Jaga Kebersihan & Kerapian Lingkungan. Singkirkan tumpukan barang bekas, kardus, kayu, batu, atau sampah di dalam dan sekitar rumah, termasuk di gudang dan pekarangan. Tempat seperti ini berpotensi jadi lokasi untuk ular berlindung dan bertelur.
  • Tutup Akses Masuk ke Rumah. Periksa dan tutup celah atau lubang di dinding, pondasi, ventilasi, dan sekitar pipa saluran air. Ular dapat masuk melalui celah kecil, bahkan atap atau plafon, jadi pastikan ventilasi bawah tertutup rapat. Pasang saringan logam pada lubang pembuangan air.
  • Rawat Area Taman dan Pekarangan Secara Rutin. Potong rumput secara berkala, bersihkan semak belukar, dan singkirkan tumpukan daun kering atau ranting. Area yang rimbun dan tidak terawat menjadi tempat persembunyian favorit ular, jadi bersihkan area taman, pot tanaman, dan selokan secara rutin.
  • Kontrol Sumber Makanan Ular. Ular masuk ke rumah seringkali karena mencari mangsa seperti tikus, kodok, atau serangga. Basmi hama pengerat seperti tikus dan serangga, karena ular seringkali masuk ke rumah untuk mencari makanan. Pastikan tidak ada tikus di rumah dengan menjaga kebersihan dapur dan menutup makanan rapat.
  • Pastikan Rumah Tetap Kering dan Tidak Lembap. Ular menyukai tempat yang lembap dan hangat. Pastikan tidak ada genangan air dan bersihkan saluran air secara rutin. Keringkan area lembap di sekitar rumah, seperti genangan air di bak atau pot bunga, karena area lembap menarik mangsa ular seperti katak dan menciptakan lingkungan yang disukai ular untuk bersembunyi.
  • Gunakan Penerangan yang Cukup. Area sekitar rumah yang terang cenderung kurang disukai ular. Ular Hijau Ekor Merah, misalnya, tertarik pada cahaya lampu karena menarik serangga mangsanya. Matikan lampu luar rumah saat tidak diperlukan untuk mengurangi daya tarik bagi mangsa ular.
  • Pertimbangkan Penghalang Fisik atau Alami. Memasang pagar keliling atau dinding di sekitar tempat tinggal dapat menjadi garis pertahanan utama. Beberapa bahan alami seperti minyak peppermint, daun serai, atau kulit telur dapat ditempatkan di area yang sering dijadikan persembunyian ular, karena menghasilkan aroma atau tekstur yang tidak disukai ular.
  • Waspada Saat Musim Hujan. Musim hujan adalah periode puncak di mana ular aktif mencari tempat berlindung dan bertelur di perumahan. Tingkatkan kewaspadaan dan lakukan pemeriksaan rutin di area-area rawan, terutama dari Oktober hingga Januari saat telur-telur ular menetas.

Memahami jenis ular yang sering bertelur di area perumahan adalah langkah pertama yang krusial dalam upaya pencegahan. Dengan mengenali ciri-ciri, potensi bahaya, dan lokasi favorit mereka, kita dapat mengambil tindakan yang tepat untuk melindungi diri dan keluarga. Sebagian besar pertemuan dengan ular dapat dihindari dengan pengelolaan lingkungan rumah yang baik dan proaktif, seperti menjaga kebersihan, menutup celah, dan mengendalikan hama. Selalu prioritaskan keselamatan dengan tidak mencoba menangani ular sendiri dan segera menghubungi tenaga profesional jika menemukan ular di rumah Anda. Dengan kewaspadaan dan tindakan yang benar, kita dapat hidup lebih harmonis dengan alam sekitar.

FAQ

Q: Mengapa ular memilih rumah untuk bertelur?

A: Rumah menawarkan kondisi ideal bagi ular untuk bertelur, yaitu tempat gelap, lembap, hangat, dan terlindung dari predator serta cuaca ekstrem, terutama saat musim hujan. Rumah juga sering menyediakan sumber makanan seperti tikus dan serangga.

Q: Apakah semua ular yang masuk rumah berbahaya?

A: Tidak. Beberapa jenis ular seperti Ular Sanca Kembang dan Ular Tikus tidak memiliki bisa yang berbahaya bagi manusia. Namun, tetap perlu diwaspadai karena gigitannya dapat menimbulkan luka, dan ular sanca dapat melilit dengan kuat.

Q: Bagaimana cara membedakan sarang atau telur ular?

A: Telur ular umumnya memiliki cangkang lunak, kenyal, dan seperti kulit, berbentuk lonjong atau oval, serta berwarna putih kusam hingga krem. Telur sering ditemukan bergerombol di lokasi tersembunyi, dan kehadiran kulit ular yang berganti juga bisa jadi indikasi.

Q: Apa yang harus saya lakukan jika menemukan ular atau telur ular di rumah?

A: Jangan panik dan jangan coba menangani sendiri. Jaga jarak aman, awasi posisinya dari jauh, dan segera hubungi petugas berwenang seperti Pemadam Kebakaran (113), BPBD setempat, atau komunitas penanganan reptil terpercaya.

Q: Kapan musim di mana ular paling aktif masuk ke perumahan?

A: Puncaknya biasanya pada awal hingga pertengahan musim hujan, dari Oktober hingga Januari. Saat itu habitat alami mereka tergenang air, memaksa mereka mencari tempat kering dan hangat di bangunan manusia.

Read Entire Article
Photos | Hot Viral |